Manajemen
Pengertian
dan peranan manajemen
Manajemen
adalah proses atau kebiasaan yang dilakukan secara sadar dan terus menerus guna
untuk mencapai tujuan organisasional melalui perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian orang dan sumber-sumber daya organisasional
lainnya. Semua organisasi mempunyai
orang yang bertanggung jawab terhadap organisasi dalam mencapai sasarannya.
Orang ini disebut manajer. Para manajer ini dapat berupa pelatih, konduntukor,
eksekutif penjualan yang mungkin lebih menonjol dalam beberapa organisasi
daripada yang lain, tetapi tanpa manajemen yang efektif, kemungkinan besar
organisasi akan gagal.
Latar
belakang sejarah manajemen
Kata manajemen mungkin
berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,”
terutamanya “mengendalikan
kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang berati “tangan”.
Kata ini
mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda”
(yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana
istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi
kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur.
Manajemen berasal
dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum
memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet,
misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai
seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa
seorang manajer bertugas
mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai
sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien
berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
sesuai dengan jadwal.
Banyak
kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang
lalu. Hal ini dibuntukikan dengan adanya piramida di Mesir. Piramida tersebut
dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tidak
akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang yang merencanakan apa yang harus
dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan
para pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala
sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.
Pembangunan piramida ini tidak mungkin terlaksana tanpa
adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan para
pekerja, dan mengontrol pembangunannya.
Praktik-praktik manajemen lainnya dapat seperti disaksikan
selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yang ketika itu menjadi pusat
perekonomian dan perdagangan di sana. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk
awal perusahaan bisnis
dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern
saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan
sepanjang kanal dan pada tiap-tiap perhentian, bahan baku dan tali layar
ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini perakitan
(assembly line) yang dikembangkan oleh Hanry Ford untuk merakit mobil-mobilnya.
Selain lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan
pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk
mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya.
Daniel
Wren membagi
evolusi pemikiran manajemen dalam 4 fase, yaitu pemikiran awal, era manajemen
sains, era manusia sosial, dan era moderen.
Manajemen di Era Manajemen Ilmiah
Manajemen di Era Manusia Sosial
Manajemen di Era moderen
Sebelum abad ke-20, terjadi 2 peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada
tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The
Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang
akan diperoleh organisasi dari
pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam
tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik
peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang perusahaan peniti
dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika
setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah
sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith
menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produntukivitas dengan meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap
pekerja,menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat
menghemat tenaga kerja.
Peristiwa penting kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris.
Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga
manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah
menuju tempat khusus yang disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika
itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan,
memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kpada bawahan,
mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai
dikembangkan oleh para ahli.
Era ini ditandai dengan berkembangan perkembangan ilmu manajemen dari kalangan insinyur—seperti Henry
Towne, Frederick Winslow Taylor, Frederick A. Halsey, dan Harrington Emerson.
Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut
scientific management, dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya
yang berjudul Principles of Scientific Management pada tahun 1911. Dalam
bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah “penggunaan metode
ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan sesuatu pekerjaan.”
Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai
tahun lahirya teori manajemen modern.
Henry Gantt yang
pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Company menggagas ide bahwa
seharusnya seorang mampu mandor memberi pendidikan kpada karyawannya untuk
bersifat rajin (industrious ) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik untuk
membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt chart yang digunakan untuk
merancang dan mengontrol pekerjaan.
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh
pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil
menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh
pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan
tersebut.
Era ini juga ditandai dengan hadirnya teori administratif,
yaitu teori mengenai apa yang dilakukan oleh para manajer dan
bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik.
Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama
Henry Fayol mengajukan gagasan 5 fungsi utama manajemen: merancang,
mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan.
Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka
kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus
berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip
manajemen yang merupakan dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari
keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman
Max Weber. Weber menggambarkan sesuatu tipe ideal organisasi yang
disebut sebagai birokrasi. Bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian
kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang
rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa
bentuk “birokrasi yang ideal” itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan
tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk
berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar.
Teorinya tersebut menjadi contoh desain struntukural bagi banyak organisasi
besar sekarang ini.
Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick
Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari teori
statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan
“Sains Manajemen”, mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam
manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946, Peter F.
Drucker menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: “Konsep Korporasi”
(Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman
dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.
Era manusia sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku
(behavioral school) dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen ilmiah.
Mahzab perilaku tidak mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis
utama dari kelahiran mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang
dikenal sebagai eksperimen Hawthrone.
Eksperimen Hawthrone dilakukan pada tahun 1920-an hingga
1930-an di Pabrik Hawthrone milik Western Electric Company Works di Cicero,
Illenois. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam
tingkat penerangan lampu terhadap produntukivitas kerja. Hasil kajian
mengindikasikan bahwa ternyata insentif seperti jabatan, lama jam kerja,
periode istirahat, maupun upah lebih sedikit pengaruhnya terhadap output
pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa
aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau
standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu.
Kontribusi lainnya datang dari Mary Parker Follet. Follett
(1868–1933) yang mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik
menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudul Creative Experience pada
tahun 1924.[9] Follet mengajukan sesuatu filosifi bisnis yang mengutamakan
integrasi sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi.
Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk menentukan tujuan
organisasi dan mengintegrasikannya dengan tujuan individu dan tujuan kelompok.
Dengan kata lain, ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pada etika
kelompok daripada individualisme. Dengan demikian, manajer dan karyawan
seharusnya memandang diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.
Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku
berjudul The Functions of the Executive yang menggambarkan sebuah teori
organisasi dalam rangka untuk merangsang orang lain memeriksa sifat sistem
koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi dan organisasi, Barnard
menjelaskan dikotonomi “efektif-efisien”.
Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan, dan
efisiensi adalah sejauh mana motif-motif individu dapat terpuaskan. Dia
memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu di mana kerjasama, tujuan
bersama, dan komunikasi merupakan elemen universal, sementara pada organisasi
informal, komunikasi, kekompakan, dan pemeliharaan perasaan harga diri lebih
diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori “penerimaan otoritas” didasarkan pada
gagasan bahwa bos hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritas itu.
Era moderen ditandai dengan hadirnya konsep manajemen
kualitas total (total quality management) di abad ke-20 yang
diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling terkenal di antaranya
W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).
Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol
Kualitas di Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam
kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia
menekankan pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan teori 5 langkah
reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat ditingkatkan,
(1)
biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya
perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih
baik atas waktu dan material;
(2)
produntukivitas meningkat;
(3)
market share meningkat karena peningkatan kualitas dan
harga;
(4)
profitabilitas perusahaan peningkat
sehingga dapat bertahan dalam bisnis;
(5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14
poin rencana untuk meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Fungsi
dan proses manajemen
Manajemen
didefinisikan dalam empat fungsi spesifik dari manajer, yaitu, perencanaan, pengorganisasian,kepemimpinan,
dan pengendalian. Proses adalah cara sistematik yang sudah ditetapkan dalam
melakukan kegiatan. Merujuk pada manajemen sebagai suatu proses untuk menekankan
bahwa semua manajer, tidak peduli bakat atau keterampilan tertentu mereka,
terlibat dalam aktivitas yang saling terkait untuk mencapai sasaran yang mereka
inginkan.
1.
Perncanaan
Perencanaan (planning) meliputi antisipasi terhadap
trend an penentuan strategi dan ytaktik terbaik untuk mencapai tujuan dan
sasaran organisasional. Salah satu dari sasaran itu adalah untuk menyenangkan
pelanggan.
2.
Pengorganisasian
Pengorganisasian
(organizing) meliputi perncangan struntukur
organisasi dan penciptaan kondisi dan sistem dimana setiap orang dan setiap hal
bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
3.
Kepemimpinan
Kepemimpinan (leading) berarti menciptakan visi untuk
organisasi dan mengkomunikasikan, membimbing, melatih, dan memotivasi orang
lain untuk bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
4.
Pengendalian
Pengendalian (controlling) melibatkan penerapan
standard yang jelas untuk menentukan apakah sebuah organisasi mengalami
kemajuan terhadap tujuan dan sasarannya, member ganjaran kepada orang-orang
untuk melakukan pekerjaan yang baik, dan mengambil tindakan korektif jika
tidak. Pada dasarnya, pengendalian berartimengukur apakah apa yang sebenarnya
terjadi memenuhi organisasi.
Ciri-ciri
manajer professional
Ciri-ciri manajemen profesional dalam pengembangan mutu SDM
dapat dilihat dari sisi operasional dan manajerial yakni:
1.
Berbudaya
korporat: transparansi, independensi, responsif, akuntabilitas,
dan kejujuran.
2.
Dukungan
manajemen puncak.
3.
Bermanfaat
untuk kepentingan internal dan juga eksternal organisasi.
4.
Berorientasi
ke masa depan dengan pendekatan holistik.
5.
Berdimensi
jangka panjang dan bersinambung.
6.
Sistem
nilai-prinsip efisiensi dan efektivitas.
7.
Dilakukan
secara terencana/terprogram. Monitoring dan evaluasi serta umpan balik.
8.
Dilakukan
oleh pelaku dan tentunya pimpinan unit yang memiliki:
(a)
kompetensi
atau keakhlian dan pengalaman panjang di bidangnya.
(b)
sifat
haus pada tantangan-tantangan.
(c)
sikap
dan ketrampilan inovatif, kreatif, inisiatif dan efisien.
(d)
integritas
tinggi.
(e)
sifat
menghargai profesi lain.
(f)
sifat
yang selalu siap menghadapi setiap resiko.
(g)
bertanggungjawab
atas setiap kata dan perbuatannya.
9.
Penggunaan
teknologi tepatguna.
10.
Kepemimpinan
dalam membangun komitmen.
11.
Partisipasi
aktif semua anggota.
12.
Kerjasama
Tim.
13.
Pemberian
penghargaan pada tiap karyawan yang berprestasi (kompensasi termasuk peluang
pendidikan-pelatihan lanjutan dan promosi karir).
14. Persuasi
pada karyawan yang kurang berprestasi untuk menjadi yang terbaik melalui
konsultasi-bimbingan dan pendidikan-pelatihan bersinambung
Keterampilan
manajemen yang dibutuhkan
Terdapat 3 kaegori keterampilan manajemen yang
dibutuhkan, yaitu:
1. Keterampilan
teknis (techinacal skills) melibatkan kemampuan untuk melakukan tugas dalam
disiplin tertentu (seperti menjual produk atau mengembangkan peranti lunak)
atau departemen tertentu (seperti pemasaran atau sistem informasi)
2. Keterampilan
hubungan manusia (human relation skills) melibatkan komunikasi dan motivasi:;
keterampilan ini memungkinkan manajer untuk bekerja melalui dan bersama orang-
orang. Keterampilan seperti ini juga meliputi keterampilan yang berhubungan
dengan kepemimpinan, bimbingan, pembangunan moral, pendelegasian, pelatihan dan
perkembangan, serta bantuan dan dukungan.
3. Keterampilan
konseptual (conceptual skills) melibatkan kemampuan untuk menggambarkan
organisasi sebagai satu keseluruhan dan hubungan antara berbagai bagiannya.
Keterampilan konseptual dibutuhkan dalam perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian, pengembangan sistem, analis masalah, pengambilan keputusan,
koordinasi, dan pendelegasian.
Organisasi
Definisi
organisasi
Organisasi
didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang
terstruntukur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran. Elemen
yang amat mendasar dalam organisasi apapun adalah sasaran atau tujuan. Sasaran
adalah suatu tujuan yang diusahakan untuk dicapai oleh suatu organisasi.
Sasaran dapat bervariasi. Tanpa suatu sasaran tidak ada organisasi yang perlu
untuk tetap dipertahankan. Semua organisasi juga mempunyai beberapa program
atau metode untuk mencapai sasaran, yaitu rencana. Dalam suatu organisasi
rencana harus selalu dikerjakan, karena tanpa ada rencana suatu organisasi
tidak dapat bertindak efektif. Organisasi juga harus memiliki dan
mengalokasikan sumber daya yang perlu untuk mencapai sasaran.
Pentingnya
mengenal organisasi
Ada tiga alasan pentingnya mengenal
organisasi. Alasan itu menyangkut masa lalu, masa kini, dan masa depan,
semuanya menunjukkan pengaruh manusia yang bekerja sama dalam organisasi,
dibawah bimbingan manajer, lebih banyak hal dapat dicapai.
Hidup masa kini. Pertama organisasi
memberikan kontribusi pada standard kehidupan umat manusia masa kini di seluruh
dunia. Kita bergantung pada organisasi untuk mendapatkan makanan sehari-hari,
tempat tinggal, pakaian, pengobatan, komunikasi, hiburan, dan pekerjaan.
Membangun masa depan. Kedua,
organisasi membangun masa depan yang lebih baik dan membnatu individu untuk
melkukan hal yang sama. Produk dan praktek baru dikembangkan sebagai hasil dari
kekuatan kreatif yang dapat muncul kalau manusia bekerja sama dalam organisasi.
Organisasi mempunyai dampak postif dan negative terhadap masa depan lingkungan
alam, pencegahan dan pengobatan penyakit, dan perang di seluruh dunia.
Mengingat
masa lalu. Ketiga, organisasi membantu menguhubungkan manusia dengan masa
lalunya. Oragnisasi dapat dipandang sebagai pola hubungan manusia. Setiap hari
pekerjaan yang kita lakuka dengan orang lain menambah sejarah organisasi dan
sejarah kita sendiri.
Bentuk-bentuk
organisasi
Terdapat empat bentuk organisasi, yaitu:
1)
Organisasi
jalur
Organisasi jalur adalah organisasi yang memiliki jalur
dua arah langsung untuk tanggung jawab, otoritas, dan komunikasi yang berjalan
dari atas ke bawah organisasi, dengan semua orang hanya melapor pada satu
supervisor.
2)
Organisasi
jalur dan staf
Untuk menimalisasi kerugian dari organisasi jalur yang
sederhana, banyak organisasi pada zaman sekaranag memiliki, baik personel jalur
mau personel staf. Personel jalur adalah para karyawan yang merupakan bagian
dari rantai komando yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan
organisasional. Personel staf adalah para karyawan yang menasihati dan membantu
personel jalur dalam mecapai tujuan mereka.
3)
Organisasi
gaya matriks
Organisasi gaya matriks adalah organisasi yang
mengumpulkan para spesialis daari bagian-bagian berbeda organisasi untuk
mngerjakan proyek-proyek tertentu, tetapi masih merupakan baguan daari struntukur
jalur dan staf.
Prinsip-prinsip organisasi
Untuk
dapat menciptakan dan menggerakkan suatu organisasi secara berhasil, maka perlu
diperhatikan prinsip-prinsip berikut,
1. Perumusan
tujuan secara jelas. Tujuan menjadi hal mendasar dalam organisasi. Tanpa
tujuan, organisasi ibarat kapal yang berlayar tanpa arah, sehingga mudah
terombang ambing oleh ombak atau ketidaktentuan.
2. Setelah
tujuan ditetapkan secara tegas, anggota kelompok harus benar-benar memahami dan
menjiwai tujuan yang akan dicapai itu. Dengan dipahaminya tujuan-tujuan
organisasi dengan baik, maka akan memungkinkan mereka memperoleh pedoman dalam
bekerja dan menilai hasil yang telah dicapai. Di samping itu para bawahan dapat
bertindak dengan penuh kesadaran, bukan karena terpaksa atau tanpa tujuan.
3. Adanya pembagian kerja sedemikian rupa. yang
dilakukan atas dasar perbedaan kemampuan dan minat anggota organisasi. Tetapi
juga harus terkoordinasi dengan baik agar tidak terjadi bekerja sendiri-sendiri
tanpa memperhatikan tujuan sebenarnya yang akan dicapai.
4. Pelimpahan wewenang harus sesuai dengan
tanggung jawab.
5. Penetapan hirarkhi wewenang dari atas sampai
ke bawah harus dilakukan secara tegas agar dapat memberikan gambaran pola
hubungan kerja yang perlu dipelihara.
6. Kesatuan
arah. Maksudnya semua kegiatan semua sumber yang digunakan dalam organisasi
harus mengarah pada tujuan yang sama.
7. Adanya
kesatuan perintah (unity of command). Setiap anggota kelompok hanya memiliki
satu pimpinan atau atasan langsung, kepada siapa ia menerima perintah,
memberikan laporan dan mempertanggungjawabkan kegiatannya.
8. Batas
kemampuan pengawasan (span of control). Span of control menggambarkan batas
kemampuan seorang pemimpin secara langsung dalam mengawasi bawahannya dengan
baik. Karena begitu banyaknya kemungkinan bawahan yang harus diawasi, pemimpin
organisasi perlu mengenal karakter mereka dan mengembangkan strategi dasar
kepengawasan efektif. Hal ini sangat diperlukan mengingat semakin kompleks dan
besar jumlah anggota organisasi, maka transaksi hubungan antar staf dan pimpinan
cenderung bertambah besar;
a) Struntukur
organisasi harus disusun sesederhana mungkin, sesuai dengan kebutuhan yang nyata.
b) Pola
dasar organisasi harus relatif permanen. Walaupun fleksi¬bilitas organisasi
memang perlu untuk menyesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan. namun
janganlah dijadikan suatu hal yang prinsip. Selama tidak ada hal-hal yang
sifatnya memaksa, maka pola dasar organisasi itu hendaknya tidak perlu
diubah-ubah.
Keterampilan manajemen yang dibutuhkan
Sama halnya dengan manajemen
keterampilan yang dibutuhkan terdiri dari tiga keterampilan yaitu,
1. Keterampilan
teknis (techinacal skills) melibatkan kemampuan untuk melakukan tugas dalam
disiplin tertentu (seperti menjual produk atau mengembangkan peranti lunak)
atau departemen tertentu (seperti pemasaran atau sistem informasi)
2. Keterampilan
hubungan manusia (human relation skills) melibatkan komunikasi dan motivasi:;
keterampilan ini memungkinkan manajer untuk bekerja melalui dan bersama orang-
orang. Keterampilan seperti ini juga meliputi keterampilan yang berhubungan
dengan kepemimpinan, bimbingan, pembangunan moral, pendelegasian, pelatihan dan
perkembangan, serta bantuan dan dukungan.
3. Keterampilan
konseptual (conceptual skills) melibatkan kemampuan untuk menggambarkan
organisasi sebagai satu keseluruhan dan hubungan antara berbagai bagiannya.
Keterampilan konseptual dibutuhkan dalam perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian, pengembangan sistem, analis masalah, pengambilan keputusan,
koordinasi, dan pendelegasian.
Sebab
keberhasilan dan kegagalan organisasi
Sebab keberhasilan organisasi :
1. Kesatuan
pimpinan dan perintah.
2. Solidaritas
yang tinggi.
3. Pengambilan
keputusan yang bijak dan cepat.
4. Segala
sesuatu yang berkaitan dengan masa depan suatu organisasi harus di
musyawarahkan.
5. Menjunjung
tinggi nilai tanggung jawab dan disiplin.
6. Kerja
sama yang baik.
Sebab kegagalan organisasi :
1. Tidak
adanya komunikasi yang baik antara anggota organisasi dan pemimpin.
2. Kekurang
kompakan dalam organisasi.
3. Kurang
disiplin.
4. Tidak
bertanggung jawab pada suatu hal yang dikerjakan.
5. Kerja
sama tidak terlalu baik.
Sumber:
Stoner, Freeman, Gilbert: Manajemen hal: 6
Nickels.
McHugh, McHugh: Pengantar Bisnis hal: 279-282
Tidak ada komentar:
Posting Komentar