Film
ini menyajikan cerita saat Nelson Rolihlahla Mandela (diperankan oleh Morgan
Freeman) menjadi presiden Afrika Selatan setelah pemilu 1994 yang bersejarah.
Clint Eastwood (sang sutradara) hanya memfokuskan hanya pada satu bagian dari
sejarah Mandela (tidak semua kisah di masa pemerintahan beliau) yaitu rugby,
yang menggabungkan kisah politik dengan cerita olahraga dan menyajikannya
berdasarkan fakta, bukan fiksi semata.
Walaupun
era Apartheid sudah dihapuskan oleh Presiden sebelumnya ( Frederik Willem De
Clerk, yang juga mengubah sistem administrasi negara yang awalnya sangat tidak
menguntungkan kaum kulit hitam menjadi sistem demokrasi, dan membuat kembalinya
hak kaum kulit hitam dalam bersuara & menentukan nasib ), tetap saja
dampaknya masih terasa di era kepemimpinan Mandela. Ya, benih perpecahan
tersebut masih ada dan masih berkelanjutan.
Mandela
sangat memimpikan rakyatnya untuk benar-benar bersatu, tak ada tembok-tembok
pemisah antara kulit putih dan kulit hitam. Ia ingin menciptakan Afrika Selatan
menjadi Negara Pelangi ( yang cerah dan penuh warna). Tak ada lagi penindasan
atas segalanya dan menderita ejekan sebagai negara yang memalukan. Satu hal
yang diyakini Mandela : bahwa olahraga adalah salah satu cara untuk
mempersatukan seluruh warga Afrika Selatan.
Tim
Springboks (tim rugby yang sebagian besar pendukungnya penduduk kulit putih)
yang selalu kalah dalam setiap pertandingan. Tim ini memiliki seorang kapten
yang bernama Francois Pienaar (Matt Damon). Springboks dibenci oleh penduduk kulit
hitam karena dianggap masih mewakili Apartheid. Dalam suatu pertemuan, penduduk
sepakat untuk membubarkan/menghapus Tim Springboks dan menggantinya menjadi
Proteas. Mengetahui bahwa penduduk ingin membubarkan Tim Springboks, ia
langsung bergerak cepat untuk mendatangi lokasi pertemuan tersebut dan
memerintahkan untuk tidak membubarkan Tim Springboks, tapi harus mendukung
dengan segenap hati dan tenaga. Harapannya, dengan dukungan penuh seluruh warga
Afrika Selatan, maka Tim Springboks punya peluang untuk menundukkan tim favorit
New Zealand dalam Piala Dunia Rugby.
Dengan
cita sungguh mulia dan usaha yang sungguh luar biasa, Mandela mampu
menginspirasi Francois Piennar dan rekan-rekannya, salah satunya dengan puisi
yang ditulis sendiri oleh Mandela dan diberikan kepada Sang Kapten Springboks.
(aslinya puisi tersebut adalah karya William Ernest Henley, sastrawan Inggris)
Pada
akhirnya, dengan segala dukungan dan kerja keras, tim Springboks berhasil
menundukkan tim New Zealand di babak final dan menjadi juara. Rakyat bersatu,
bersorak-sorai atas prestasi Tim Springboks karena telah mengharumkan nama
Afrika Selatan di Piala Dunia kali ini.
Invictus
merupakan salah satu puisi karya William Ernest Henley. Dalam puisinya ini,
Henley ingin mengungkapkan tentang jiwa yang tidak boleh patah, jiwa yang tak
boleh dikalahkan walau sebesar apapun hambatan yang harus dihadapi, seberat
apapun cobaan yang Ia berikan. Invictus sendiri berasal dari Bahasa Latin, yang
berarti tidak terkalahkan (dalam Bahasa Inggris : unconquered).
Banyak
hikmah yang bisa dipetik dari film ini. Bagaimana kepemimpinan seorang Nelson
Mandela, bagaimana usaha tekad dan perjuangan yang luar biasa untuk menyatukan
rakyatnya, bagaimana perhatiannya terhadap orang-orang terdekatnya,
kepemimpinan sejati, dan lain sebagainya.
Di film ini, Morgan Freeman
benar-benar menjiwai perannya sebagai Nelson Mandela. Dari cara berjalan, cara
berbicara, keseharian dan kebiasaan-kebiasaan Nelson Mandela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar